Pulau Rote
05.02 |
P
|
ulau
Rote selain dikenal sebagai wilayah paling selatan Indonesia juga memiliki
kekhasan budidaya lontar, alat musik sasando, topi adat ti’i langga, juga wisata
bahari terutama olahraga selancar.
Pulau
Rote telah dikenal peselancar dunia sebagai lokasi sempurna dan menantang untuk
menjajal gulungan ombaknya yang spektakuler. Pantai Bo’a adalah salah satu
tempat para peselancar dunia biasa mengikuti lomba tingkat internasional.
Rote adalah kecantikan
yang sulit dicari padanannya, jika saja Rote ini letaknya di dekat Bali
pasti turis asing akan berebut mengunjunginya.
Pulau Rote yang tegak berdiri
di batas paling selatan Nusantara terbentang di garis 11 derajat Lintang
Selatan. Suhu udaranya panas tropis, cocok untuk mereka yang menggilai wisata
pantai.
Sebagian besar daratan di
kepulauan Rote ini berupa tanah dengan berbatu karang menawan. Tidak banyak
tanaman yang dapat tumbuh subur di pulau ini terutama di bagian utara dan
selatannya yang berupa pantai dengan dataran rendah kecuali itu di bagian
tengahnya terdapat lembah dan perbukitan.
Pulau Rote sendiri memiliki
populasi sekitar 120.000 orang. Pulau ini dikawal oleh dua pulau yang lebih
besar, yakni Timor di sebelah
timur laut dan Sumba di sebelah barat. Pulau Rote
begitu jauh dalam peta petualangan namun terasa sangat dekat ketika kaki telah
berpijak di pelabuhan laut Kota Ba’a.
Kapal feri dari Kupang, Nusa Tenggara Timur melaju setiap hari ke Ba’a yaitu kota terbesar di Pulau Rote. Pulau ini
memiliki pasir seperti tepung putih bersih. Keindahan pulau ini terus
diperbincangkan petualang dan peselancar karena memiliki permukaan pulau yang
berbukit yang diseimbangkan oleh padang sabana serta beberapa danau kecil
layaknya laut mati.
Kawasan pantai ternama, yaitu
Nemberala
yang menjadi titik pencar
para peselancar ke berbagai titik-titik selancar yang menantang lainnya.
Berkiblat ke Laut
Sawu di bagian baratnya, ia bagaikan alun-alun berpasir yang
berhias pohon lontar subur berdiri walau saat musim kering panjang.
Meski tidak berselancar
seperti para tamunya, masyarakat setempat tetap bersahaja dan penuh suka cita
menerima dan memberi sapa dan salam kepada wisatawan dan petualang asing.
Pulau
Rote atau disebut juga Pulau Roti, namanya kini kian mencuat di dalam halaman
buku dan majalah petualangan serta perjalanan wisata.
T-Land yang berada di sebelah barat merupakan pulau seluas 1.200 km
persegi dan dikenal sebagai salah satu penyedia ombak terpanjang di Indonesia
yang menggulung ke arah kiri. Kecantikannya semakin sempurna dengan perpaduan
antara lanskap alam dengan masyarakat petani dan nelayannya yang murah senyum.
Warna-warni kedalaman air yang bervariasi telah melingkari kelopak-kelopak
hutan hijaunya yang sulit dicari padanan keelokannya.
Walau jauh dari gegap gempita kota besar di
berbagai penjuru tanah air tetapi Pulau Rote tidak terlalu jauh tertinggal
untuk ketersediaan fasilitas wisata eksklusifnya. Namun demikian, kesederhanaan
dan tradisi yang ditumbuh kembangkan dalam bentuk rumah adat tetap nampak dari
bibir pantai hingga dataran tinggi di perbukitan. Kesamaan antara eksklusifitas
dan kesahajaan ini bertumpu pada bahan bangunan yang sedianya berawal dari satu
anugrah alam, yaitu pohon lontar untuk bahan tiang bangunan hingga atap yang
melindunginya.
Restoran atau kafe di resort-resort lokasi
peselancar dan petualang sengaja dihadapkan ke lautan lepas. Seraya bentangan
alam yang hijau mengawali ketakjuban pengunjung saat melepaskan pandangannya ke
arah persenyawaan warna biru dan hijau yang transparan. Hal itu karena
lokasinya yang tak terhalang, suasana megah saat matahari meninggalkan
cakrawala di atas lautan Sawu menjadi begitu spektakuler dan mengundang decak
kagum.
SUKU DANI
22.17 |
Suku Dani adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Wamena, Papua,
Indonesia.Membentang di antara lekukan-lekukan Pegunungan Tengah
Jayawijaya Di lembah inilah, masyarakat Suku Dani hidup harmonis dan
menyatu dalam pelukan pegunungan yang mengelilingnya serta alam Papua
yang indah menawan.
Kekayaannya yang mengkhususkan diri
untuk menyajikan produk-produk seni dan budayanya.Selain tari perang,
budayanya pun menawarkan 6 acara penting lain yang hampir selalu
digelar. Salah satunya adalah pertunjukan Pikon atau musik tradisional
yang digelar untuk menghibur seluruh pengunjung. Sedangkan bagi para
pemuda, perang suku dianggap sebagai ajang mencari jati diri untuk
menjadi manusia sejati, ulet dan bermartabat demi kemajuan wilayahnya,
baik sekarang dan masa depan.
Artinya, bila tak ada perang maka jangan
harap panen dan ternak babi akan berhasil dan sehat. Kalau sudah
begini, mereka pun harus bersiap diri untuk menghadapi musim paceklik.
Yang jadi kebanggaan budaya suka Dani yaitu terdapatnya Lembah Baliem
yang menjadi tempat penyelenggaraan festival budaya tahunan terbesar di
tanah Papua ini. Lembah sepanjang 80 km dan lebar 20 km ini masuk dalam
peta dunia, yang menyebutkan bahwa terdapat sekelompok suku-suku
primitif yang hidup di lembah ini. Selain sebagai ‘rumah’, Lembah Baliem
kerap menjadi arena perang oleh suku-suku yang bertikai dan menjadi
arena pembantaian mereka yang berperang demi kejayaan suku yang
dibanggakannya.
Langganan:
Postingan (Atom)